Cherreads

Chapter 8 - Menjelang Penutupan

Matahari mulai turun, suasana lapangan berubah dari terik jadi hangat keemasan. Angin sore membawa aroma makanan dari tenda konsumsi, sementara panitia sibuk membereskan perlengkapan acara yang sudah selesai.

Fahrul duduk di dekat tumpukan kursi, menyeka peluh di dahinya. Kak Amel menghampiri sambil membawa dua gelas teh hangat.

"Nih, Rul. Istirahat dulu sebentar," katanya sambil menyerahkan satu gelas.

"Wah, makasih, Kak," jawab Fahrul, tersenyum.

Mereka duduk berdampingan, memandang panggung yang mulai dibongkar. Anak-anak kecil masih berlarian, beberapa ibu-ibu membereskan sisa makanan, sementara Abi, Tiara, Mus, dan Bayu sibuk mencatat apa saja yang perlu dievaluasi.

"Capek, Rul?" tanya Kak Amel pelan.

Fahrul mengangguk. "Capek… tapi senang, Kak."

Kak Amel tertawa kecil. "Sama. Aku juga. Rasanya kayak habis lari maraton, ya?"

Fahrul memandang langit yang mulai berubah jingga. "Iya… tapi lihat mereka semua senang, rasanya capeknya hilang."

Kak Amel tersenyum lebar. "Nah, itu dia. Makanya aku selalu balik lagi jadi panitia. Capeknya itu kayak hadiah yang nggak kelihatan."

Beberapa anak menghampiri mereka, mengucapkan terima kasih sambil tertawa malu-malu. Ada yang bahkan memeluk Kak Amel dan Fahrul sekilas sebelum lari lagi.

Di detik-detik menjelang penutupan acara, Fahrul merasa hatinya hangat. Bukan hanya karena teh hangat di tangannya, tapi juga karena semua pengalaman hari itu: kerja sama, tawa, kejutan kecil, dan perasaan menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar.

Hari itu, Fahrul belajar satu hal: kadang, kebahagiaan bukan datang dari panggung yang megah atau pujian yang keras, tapi dari kebersamaan dan hati yang tulus berbagi.

More Chapters