Cherreads

Chapter 14 - Hari Terakhir Persiapan

Hari terakhir sebelum acara, sekretariat panitia dipenuhi hiruk-pikuk suara: suara gunting memotong, suara lakban direkatkan, suara anak-anak yang tertawa sambil bekerja. Fahrul mondar-mandir memeriksa semua sudut, memastikan tak ada yang tertinggal.

"Bayu, bunga-bunga hias sudah diatur?" tanyanya.

"Siap, Rul! Lagi dipasang di panggung."

"Nina, poster sudah lengkap?"

"Sudah! Tinggal satu poster ucapan selamat datang, mau aku pasang di pintu masuk."

Fahrul mengangguk. Satu per satu, semua ceklist-nya terisi. Tapi di dalam hati, ia tetap merasa tegang. Ini kali pertama ia memimpin tim, dan besok adalah puncaknya.

Saat sedang memeriksa sudut ruangan, tiba-tiba handphone-nya bergetar. Ada pesan dari rumah.

Ibu: "Fahrul, pulang agak cepat ya, ada yang mau Ibu bicarakan."

Fahrul berhenti sejenak. Hatinya langsung berdebar. Ada apa ya? Biasanya Ibu jarang mengirim pesan seperti ini.

Ia segera menghampiri Kak Amel. "Kak, aku boleh pulang sebentar? Ada pesan dari Ibu di rumah."

Kak Amel tersenyum. "Tentu, Rul. Tenang aja, di sini kita terus beresin. Kamu pulang dulu, urus keluarga itu penting."

Fahrul mengangguk cepat. Ia langsung mengambil sepedanya dan mengayuh pulang. Sepanjang jalan, pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan. Jangan-jangan Ibu sakit? Atau ada masalah apa di rumah?

Sesampainya di rumah, ia mendapati ibunya duduk di ruang tamu sambil memegang sebuah surat. Fahrul masuk dengan cepat. "Ada apa, Bu?" tanyanya cemas.

Ibunya menatapnya lembut. "Ini, Nak… surat dari sekolah. Nilai ulanganmu banyak yang turun. Ibu khawatir, kamu terlalu sibuk sama kegiatan panitia sampai lupa belajar."

Fahrul tercekat.

Dia duduk pelan di samping ibunya, menunduk. "Maaf, Bu… aku nggak maksud lalai. Aku cuma… pengen belajar hal baru di luar sekolah."

Ibunya tersenyum tipis, lalu menepuk tangannya. "Ibu bangga kamu aktif, Nak. Tapi jangan lupa, sekolah juga penting. Bisa nggak kamu atur waktu supaya dua-duanya jalan?"

Fahrul mengangguk pelan. Dalam hati, ia berjanji: Aku nggak boleh kecewain Ibu. Aku harus lebih pandai mengatur waktu.

Malam itu, setelah berbicara dengan Ibu, Fahrul kembali duduk di meja belajar. Ia menyiapkan buku pelajaran, membuka catatan. Besok acara besar menantinya, tapi malam ini… dia harus

More Chapters