Bab 75 – Boneka Terakhir: Rakyat dan Bayangan Rusia
Pemilu Nigeria memasuki babak terakhir. Tiga boneka dari keluarga Bosch, Nava, dan Melon mendominasi panggung—di televisi, media sosial, dan poster-poster besar di setiap kota. Namun tiba-tiba, muncul satu kandidat independen yang tak terduga…
1. Fraksi Tak Terafiliasi
Namanya Tajudeen Baruwa, mantan aktivis, ekonom rakyat, dan tokoh lokal yang populer di wilayah utara Nigeria. Ia menyatakan diri sebagai "kandidat dari rakyat" dan menolak dukungan dari konglomerat atau pihak asing.
Namun, penyelidikan internal aliansi menemukan satu hal: di balik layar, Rusia menyuntikkan dukungan finansial dan propaganda digital melalui jaringan shadow media mereka. Tujuannya jelas—mengguncang dominasi aliansi Bosch–Nava–Melon dan menciptakan ruang negosiasi baru di Afrika Barat.
2. Kepanikan dan Reaksi Aliansi
Arvid Nava langsung menggelar rapat darurat bersama perwakilan keluarga Bosch dan Melon.
> "Mereka berani main di wilayah kita," kata Arvid dengan dingin.
"Rakyat mungkin mencintainya. Tapi kita yang punya panggung," ujar perwakilan Melon.
"Hancurkan algoritma mereka. Tunda distribusi data kampanye mereka. Buat mereka seperti bayangan," usul tim Bosch.
Aliansi langsung bergerak:
Bitplay memotong jangkauan algoritma Baruwa.
Media milik Melon mulai menyebar "analisis" tentang ketidakmampuan Baruwa dalam ekonomi global.
Think tank Bosch mengeluarkan laporan palsu bahwa Baruwa punya "hubungan rahasia dengan ekstremis agama."
Tim Nava menggandakan kampanye digital, menjadikan pemilu seolah hanya tiga arah.
3. Harapan Rakyat, Tapi Tak Cukup
Di beberapa daerah, terutama pedesaan dan kantong miskin, Baruwa menang telak. Ia berpidato dengan tulus, menolak privatisasi berlebihan, dan menjanjikan sistem ekonomi inklusif.
Namun di kota, media membanjiri publik dengan konten dari tiga boneka utama. Di Bitplay, video kampanye Baruwa tak pernah naik tren. Aplikasi suara bahkan menolak validasi suara dari beberapa TPS pro-Baruwa—semua diselimuti dalih teknis.
4. Hasil Akhir
Baruwa mendapat suara keempat terbanyak, bahkan di bawah "kandidat kosong" dalam beberapa wilayah perkotaan. Ia kalah total.
> "Kami sudah tahu. Ini bukan pemilu. Ini pertunjukan. Tapi setidaknya kami pernah mencoba," ucapnya dalam pidato terakhirnya yang hanya ditayangkan di satu saluran independen.
5. Aliansi Tertawa Kecil
Para pemimpin keluarga tertawa lembut.
> "Rusia perlu belajar cara bermain di abad 21," komentar Arvid.
"Mereka pikir moral bisa menang atas data," kata perwakilan Bosch.
"Dan sekarang, rakyat memilih siapa pun yang algoritma kami inginkan," tutup pihak Melon.
6. Penutup
Baruwa menghilang dari layar kaca, namun ia hidup dalam cerita rakyat dan komunitas bawah tanah. Sedangkan boneka yang menang berdiri di podium tinggi, mengangkat tangan, dengan senyum yang tidak pernah dia latih sendiri.