Cherreads

Chapter 4 - BAB I.III : The Lazy Man's Water

Suatu hari yang tenang di negeri air Poseidon, hiduplah seorang pangeran muda bernama Gorgon Pvesoveus. Ia adalah putra tunggal dari Raja Atlas Pvesoveus, penguasa yang bijaksana namun tegas dalam memimpin kerajaannya. Berbanding terbalik dengan sang ayah, Gorgon tumbuh sebagai pangeran yang pemalas. Sejak kecil ia tidak pernah bekerja keras, sebab segala kebutuhan dan keinginannya selalu terpenuhi tanpa perlu usaha.

Raja Atlas telah lama menahan amarah terhadap sifat anaknya itu. Dan pada akhirnya, kesabaran sang raja pun habis. Ia memanggil para penjaga istana dan memberikan perintah yang mengguncang istana: usir Pangeran Gorgon dari istana, dan biarkan ia hidup di luar sana, mencari makan sendiri, belajar menjadi manusia yang berguna.

Gorgon tidak menyangka ayahnya akan sekejam itu. Ia berlari secepat yang ia bisa, menghindari para penjaga yang berusaha menangkapnya. Peluh membasahi wajahnya, dan langkah kakinya membawa ia hampir melintasi perbatasan antara tiga negeri besar—Negeri Api Ra, Negeri Air Poseidon, dan Negeri Tumbuhan Dementer.

"Sepertinya mereka tidak mengejarku lagi..." gumamnya, terengah. "Tapi itu artinya... aku diusir dari istanaku sendiri. Dasar Ayah! Sekarang aku bahkan tidak bisa bermalas-malasan lagi!"

Tanpa ia sadari, seseorang sedang berjalan dari arah yang berlawanan. Sosok itu tinggi, bertubuh ramping, dan sorot matanya tajam seperti api yang menyala. Namanya adalah Blaze. Seorang musafir yang sedang mencari tujuan baru setelah peristiwa menyakitkan yang menimpa dirinya di Negeri Ra—tempat yang dahulu ia panggil rumah.

Keduanya berhenti bersamaan. Tatapan mereka saling bertemu. Tegang. Tidak bersahabat. Sejarah panjang konflik antara negeri mereka masing-masing membuat suasana menjadi panas seketika.

"Apa yang kau lakukan di sini, di perbatasan ini?!" tanya Gorgon dengan nada menantang.

"Terserah aku. Hidupku bukan urusanmu. Siapa kau pikir dirimu?" jawab Blaze dingin.

"Aku adalah Pangeran Negeri Air Poseidon! Namaku Gorgon Pvesoveus!"

Blaze mendengus. "Aku tidak peduli kau pangeran, raja, atau siapa pun. Kau menghalangi jalanku ke Negeri Dementer. Minggir."

Gorgon melotot. "Kau ingin ke Negeri Dementer? Aku juga akan ke sana! Justru kaulah yang harus menyingkir."

"Apa kau mau berkelahi di sini, hah?!" bentak Blaze.

"Ayo! Siapa takut!" balas Gorgon, membentuk kuda-kuda.

Ketegangan meningkat. Aura panas dan dingin mulai menyelimuti udara di antara mereka. Dalam sekejap, dunia seolah berhenti menonton dua kekuatan dari elemen berbeda yang siap meledak.

Namun sebelum mereka sempat bertarung, suara berat seorang pria tua memecah ketegangan.

"Berhenti! Apa yang kalian ributkan di tempat damai ini?" serunya.

Keduanya menoleh. Seorang lelaki tua berambut putih, mengenakan jubah hijau dari serat alami, berdiri dengan tatapan lembut namun tegas. Ia berasal dari Negeri Dementer.

"Kami… hanya ingin ke Negeri Dementer," jawab Blaze, meredam emosinya.

Orang tua itu tersenyum bijak. "Kalau begitu, ikutlah denganku. Aku akan membawa kalian ke Dementer City."

Tanpa berkata-kata lagi, keduanya mengikuti langkah si lelaki tua. Sepanjang perjalanan, mereka disuguhi pemandangan negeri tumbuhan yang indah. Pohon-pohon tinggi menjulang bagai penjaga, bunga-bunga berwarna-warni bermekaran, dan angin sejuk meniupkan aroma hutan yang menenangkan.

Tumbuhan-tumbuhan memang tak bersuara, tapi mereka seolah hidup—bergerak perlahan menyambut dua pendatang ini. Dalam diam, Negeri Dementer menyampaikan kehangatan dan kedamaiannya tanpa perlu kata-kata.

Sesampainya di kota, lelaki tua itu memberi salam dan meninggalkan mereka. Blaze dan Gorgon berdiri berdampingan, memandangi keindahan tempat yang baru mereka jejaki.

Tak ada ucapan terima kasih. Tak ada permintaan maaf. Tapi dalam diam, mereka sepakat untuk tidak melanjutkan perseteruan. Mereka berbalik arah, menjauh satu sama lain.

Seakan tidak pernah bertemu. Seakan tak ada yang terjadi.

Tapi di dalam hati masing-masing, benih perubahan telah tumbuh—diam-diam, seperti tumbuhan di Negeri Dementer.

More Chapters