Cherreads

Chapter 18 - Bab 17

Bab 17

"Pengkhianatan di Balik Bayang-bayang"

Arkha duduk lama di serambi masjid pesantren,

memandang kosong ke arah langit yang kelabu.

Berita tentang dirinya dan Naya telah terbang ke mana-mana,

mencemari udara suci tempat ia mengajar dan membimbing.

Hatinya bergetar.

Bukan karena takut akan cibiran,

tetapi karena ia tahu betul,

fitnah lebih kejam daripada pembunuhan.

Dengan keteguhan yang dibalut kesabaran,

Arkha mulai menyelidiki.

Satu demi satu ia dekati dengan bijaksana:

para santri, para ustadz, bahkan para penjaga pesantren.

Pertanyaan-pertanyaan kecil ia lontarkan,

tanpa menghardik, tanpa menuduh.

Hanya mata-mata jernihnya yang berbicara —

mata seorang guru yang mencari kebenaran demi kemuliaan nama seorang wanita suci.

Dan akhirnya,

di antara bisik-bisik samar itu,

sebuah nama menyeruak dari kegelapan.

Fadlan.

Sahabat lamanya.

Orang yang dulu berjuang bersamanya di lorong-lorong ilmu,

yang dulu bersumpah akan saling menjaga harga diri masing-masing.

Arkha terhenyak.

Fadlan — orang yang ia percaya,

orang yang ia harapkan mendukungnya —

justru menjadi sumber bara yang membakar reputasinya dan melukai hati Naya.

Di bawah langit malam yang pekat,

Arkha menemui Fadlan,

dengan dada berdegup menahan gemuruh kecewa.

"Fadlan," suara Arkha serak,

"benarkah kau yang memulai semua ini?"

Fadlan menunduk, tak mampu menatap mata Arkha.

"Aku... aku hanya kecewa, Arkha..." bisiknya lirih.

"Kenapa kau mengambil dia? Kenapa kau mendahuluiku? Bukankah dulu aku yang lebih dulu menaruh hati padanya? Bukankah dulu aku yang diam-diam berdoa untuknya?"

Arkha terdiam.

Angin malam berhembus, seolah membawa pergi semua rasa persaudaraan yang pernah ada.

Dalam hatinya, Arkha berdoa:

> "Ya Allah,

ajarkan aku memaafkan,

sebagaimana Engkau memaafkan para hamba-Mu yang lalai."

Dengan suara tenang, meski hatinya berdarah,

Arkha berkata:

> "Fadlan,

cinta yang dibangun di atas dengki tak akan pernah berbuah kebahagiaan.

Dan fitnah yang kau sebarkan... bukan hanya melukai aku,

tapi juga wanita yang kau katakan kau cintai."

Air mata Fadlan jatuh,

tapi penyesalan tak serta merta menghapus luka yang telah menganga.

Malam itu, Arkha memilih untuk tidak membalas dendam.

Ia memilih untuk menutup luka itu dengan ikhlas,

dan menyerahkan semua penghukuman kepada Sang Hakim Yang Maha Adil.

Namun dalam hatinya,

ia berjanji akan berdiri di samping Naya,

melindunginya dari fitnah dunia,

sebagaimana ia berjanji di hadapan Tuhannya untuk menjaga cinta ini dalam suci.

--

More Chapters