"Kamu serius enggak pernah belajar tapi dapet nilai sempurna terus?"
Reivan hanya mengangkat bahu, bibirnya menyunggingkan senyum kecil.
"Insting mungkin," jawabnya datar.
Gadis di sebelahnya, Althea, mengerutkan alis, kesal tapi juga penasaran. Ia populer, pintar, tapi sejak duduk sebangku dengan Reivan dua bulan lalu, dia sadar cowok ini... aneh. Terlalu tenang. Terlalu sempurna. Dan senyumnya, entah kenapa, seperti... palsu.
Di sisi lain, Reivan hanya memainkan peran. Menjadi siswa biasa bukan perkara sulit baginya. Tersenyum saat harus tersenyum, tertawa kecil saat ada lelucon, dan bahkan pura-pura gugup saat ditunjuk guru. Semua itu hanya... sandiwara.
Karena malam nanti, saat semua orang tertidur, dia akan kembali menjadi Night Hunter—berburu mereka yang menyimpan petunjuk tentang Specter Eidolon.
---
Pagi di SMA Kurogane berjalan seperti biasa. Suara langkah kaki berisik, teriakan siswa terlambat, dan sapaan ceria mengisi udara. Tapi di salah satu kelas lantai dua, duduk seorang siswa yang paling sulit dibaca seisi sekolah—Reivan Arkady.
Ia menatap ke luar jendela, melihat burung terbang bebas di langit biru. Dalam pikirannya, ia menghitung ulang rute pelarian tercepat jika suatu saat sekolah ini diserbu. Kebiasaan lama yang tak pernah hilang.
"Bro! Kau duduk di situ lagi sih, bikin aku kayak figuran!"
Sebuah suara riang memecah pikirannya.
"Pagi, Kiro," jawab Reivan tanpa menoleh, tapi senyumnya muncul otomatis—senyum latihannya.
Kiro Tanaka, sahabat satu-satunya Reivan di sekolah. Energinya seperti bom kembang api—berisik, rame, dan suka ikut campur. Tapi justru karena itu, Kiro jadi semacam penyeimbang bagi Reivan yang tenang dan terlalu dingin.
"Nggak ngerti deh kenapa cewek-cewek suka sama kau. Kau datar banget, kayak nasi dingin."
Reivan melirik, masih tenang. "Mungkin mereka suka yang anti mainstream."
"Heh, jangan sok keren, Night Hunter."
Reivan langsung menoleh. Sekilas matanya berubah tajam. Tapi Kiro mengangkat tangan, menyeringai.
"Cuma bercanda, bro. Hanya kita berdua yang tahu kan?"
Reivan kembali menatap ke jendela. "Jangan ulangi itu. Di tempat umum."
Kiro memang tidak tahu segalanya, tapi cukup tahu bahwa sahabatnya bukanlah remaja biasa.
---
Saat jam pelajaran selesai, suasana kelas mendadak ribut. Seorang gadis masuk sambil menyeret koper... koper?!
"E-eh? Itu anak pindahan ya?" bisik beberapa siswa.
Reivan mengangkat kepala. Yang masuk adalah gadis berambut merah tua sebahu, dengan tatapan tajam tapi lelah—seperti seseorang yang sering terbang lintas negara.
"Aku Althea Virelle. Senang berkenalan," ucapnya singkat.
Guru menunjuk bangku kosong—di belakang Reivan.
Saat duduk, Althea menatap punggung Reivan sejenak, lalu membisik pelan, "Jadi ini tempat kau bersembunyi, 'Night Hunter'..."
Reivan tak menoleh. Tapi ia sedikit terkejut,dia hanya keceplosan...
---
Di kantin, satu lagi keributan terjadi.
"Reiii-kun~! Duduk sama kita dong!"
Itu suara Mizuki Ayanami, si ketua klub teater. Cantik, karismatik, dan penuh drama. Dia sering menyebut Reivan sebagai 'tokoh misterius yang sempurna untuk dijadikan peran utama'.
Reivan hanya mengangkat tangan pelan, menolak halus. Tapi Mizuki tetap saja duduk di mejanya tanpa diundang.
"Senang ya, punya aura cool yang natural? Padahal aku latihan 3 tahun biar bisa kayak kamu."
"Coba berhenti latihan. Mungkin itu kuncinya," ujar Reivan santai.
Mizuki tertawa. "Huh, sarkasme dinginmu itu malah bikin makin penasaran."
---
Di balik meja lain, seorang gadis berkacamata memperhatikan diam-diam dari jauh. Kaori Senzaki, murid terpintar di kelas dan selalu serius. Ia menyimpan catatan Reivan secara rahasia—dari nilai, kebiasaan, hingga kebohongan kecilnya yang ia curigai. Bukan karena ingin menjebaknya. Tapi karena satu hal…
"aku pernah melihat dia... bisa menangis... tapi detak jantungnya tetap stabil" bisiknya.
Baginya, Reivan adalah misteri yang harus dipecahkan—bukan dengan logika, tapi... rasa penasaran yang pelan-pelan berubah jadi sesuatu lebih.
---
Hari itu, seperti hari-hari lainnya, Reivan tetap tampil biasa. Tapi di balik itu, tiga gadis dengan motif berbeda mulai terikat oleh kehadirannya:
Althea, ketua OSIS perfeksionis yang tertarik dengan reivan.
Mizuki, gadis dramatis yang tertarik pada auranya yang 'cool'.
Kaori, si jenius pendiam yang mencoba menguak siapa Reivan sebenarnya.
Dan satu sahabat yang selalu ada—Kori, satu-satunya yang tahu bahwa senyum Reivan... hanyalah topeng.