Cherreads

Chapter 71 - Bab 71 – “Sunday Maid dan Wajah Lain Milim”

Bab 71 – "Sunday Maid dan Wajah Lain Milim"

---

[1. Dampak Sunday Maid]

Setiap hari Minggu, video baru Milim dalam format "Sunday Maid" diunggah ke Bitplay. Dalam video itu, Milim tampil dengan gaya ringan—kadang membuat kopi, kadang menjelaskan konsep digital seperti blockchain atau AI dengan cara sederhana.

Video tersebut menjadi salah satu tayangan paling ditunggu dalam seminggu. Banyak yang menontonnya sebagai hiburan ringan, dan sebagian menganggapnya bentuk unik dari pendekatan komunikasi pemimpin terhadap publik.

---

[2. Milim yang Mulai Terbiasa]

Awalnya canggung dan merasa malu, Milim perlahan mulai terbiasa. Ia menjaga agar video tetap sopan, tidak terlalu panjang, dan tetap mengandung unsur edukatif. Tim kreatif membantunya menyeimbangkan unsur hiburan dan informasi.

Walau masih sering menggerutu di belakang layar, Milim mulai memahami bahwa konten seperti ini bisa menjadi cara efektif membangun kedekatan dengan publik.

---

[3. Pembahasan Media dan Ahli]

Beberapa media teknologi mulai mengulas fenomena ini. Diskusi muncul tentang bagaimana Milim, sebagai tokoh berpengaruh di bidang teknologi, bisa menunjukkan sisi personal tanpa kehilangan otoritas.

Sejumlah ahli menyebut hal ini sebagai contoh kepemimpinan modern: terbuka, manusiawi, dan mudah diakses.

---

[4. Tanggapan Milim]

Milim tetap menegaskan bahwa ia tidak ingin publik berlebihan dalam memandang dirinya. Dalam konferensi kecil, ia mengatakan:

> "Saya bukan idola. Saya hanya orang yang bekerja di bidang teknologi dan kadang—terpaksa atau tidak—berinteraksi lewat cara-cara seperti ini. Tapi kalau ini membuat orang lebih tertarik memahami teknologi, mungkin ada manfaatnya juga."

---

[5. Arvid dan Masalah Pribadi]

Di balik itu semua, Milim tetap menyimpan rasa jengkel pada Arvid yang memulai tren ini. Meski telah dibelikan hadiah mahal dan kapal pesiar pribadi sebagai 'permintaan maaf', Milim tetap sering mencibir kakaknya.

Namun hubungan mereka tetap dekat—sebuah perpaduan antara rasa saling kesal dan saling percaya.

--

[1. Kematian yang Mengguncang Aliansi]

Pada pukul 23.10 waktu Abuja, Presiden Nigeria Dr. Adewale Yusuf, sekutu ekonomi dan politik terkuat keluarga Nava di Afrika, tewas dalam sebuah serangan mendadak. Kelompok separatis bersenjata yang mengaku sebagai bagian dari gerakan Islam garis keras bertanggung jawab atas serangan itu.

Berita ini menyebar cepat ke pusat kekuasaan global—dan ketika Arvid Nava menerima laporan tersebut dalam ruang rapat tertutup di markas Global Tech Compact, ia segera menghentikan semua agenda.

> "Kalau mereka berani menghapus satu dari kami, maka kami akan menghapus mereka dari peta."

---

[2. Balasan Aliansi CAA: Nava, Melon, Bosch]

Sebagai tanggapan, Arvid langsung mengalokasikan dana pribadi sebesar $10 miliar USD, dengan rincian:

$5 miliar ke pangkalan militer Amerika Serikat di Djibouti dan Ghana untuk mendanai operasi bayangan, termasuk pasukan khusus, pengintaian satelit, dan serangan presisi.

$5 miliar lainnya kepada negara-negara sekutu CAA (Central Alliance Accord), yaitu gabungan elit global antara:

Keluarga Nava (pusat kekuatan teknologi dan AI, keturunan Nordik),

Keluarga Melon, keluarga elite Yahudi-Amerika yang mengendalikan sebagian besar jaringan keuangan dan media digital di AS,

dan Keluarga Bosch, penguasa teknologi militer dan industri berat dari Eropa Tengah.

Sebagai bentuk solidaritas dan pembalasan strategis, keluarga Melon dan Bosch masing-masing menyumbangkan $5 miliar USD, menjadikan total pendanaan sebesar $25 miliar USD untuk Operasi Hantu Pasir.

---

[3. Tujuan Operasi dan Dampaknya]

Dengan kekuatan penuh dari CAA, tujuan operasinya bukan sekadar balas dendam, melainkan penghancuran total:

Pemutusan rantai logistik, senjata, dan dana kelompok separatis.

Eliminasi pemimpin garis keras dalam waktu 90 hari.

Penanaman pemerintahan pro-CAA di wilayah abu-abu pengaruh ekstremis.

Reaksi global pun tajam:

Pasar keuangan Afrika fluktuatif.

Beberapa pemerintahan lokal protes, namun bungkam oleh tekanan diplomatik.

Organisasi HAM mengecam, namun akses mereka dibatasi.

---

[4. Dalam Diam, Milim Menatap Krisis Baru]

Di ruang makan keluarga Nava, Milim hanya diam menatap layar tablet-nya. Video drone yang memantau daerah target terus berputar tanpa suara. Di seberangnya, Arvid hanya menyentuh gelasnya sekali-sekali, tenang, dingin.

> "Kau tak menyesal?"

"Aku tidak sempat punya waktu untuk penyesalan," jawab Arvid.

Milim, yang selama ini sibuk dengan dunia digital dan citranya, menyadari satu hal—di balik semua hiburan dan kekonyolan publik, kekuatan sejati keluarga mereka mampu mengubah arah sejarah.

---

More Chapters