Orbital the Silent – Bab 1: Getaran Pertama (Bagian 1)
Keheningan adalah bahasa pertama Rei.
Di Orbital, tidak ada gema, tidak ada bisikan. Lorong-lorongnya dilapisi dengan bahan penyerap suara; ruang-ruangnya diatur agar frekuensi tinggi tidak pernah tumbuh; dan sejak Rei lahir, tidak pernah ada satu pun nada yang menggema di telinganya.
Ia berjalan pelan di koridor utama, menyusuri jalur cahaya lembut yang berdenyut pelan di dinding logam. Di punggungnya tergantung satu-satunya alat yang menjadi sahabatnya: Resonator, sebuah perangkat magitek kecil berbentuk silinder kristal, yang bisa membaca getaran dan mengubahnya menjadi bentuk komunikasi.
Namun bahkan Resonator tidak bersuara. Ia bergetar dalam pola-pola tak bersuara, menyampaikan "kata" seperti getaran air di permukaan danau. Rei membacanya bukan dengan telinga, tapi dengan kulitnya, dengan tulang-tulangnya.
Hari itu—atau malam, waktu tak berarti di Orbital—Rei merasakan sesuatu yang aneh. Resonator-nya mendadak mati. Cahaya yang biasanya tenang mulai berkedip. Dan dari jauh, sangat jauh, ia merasakan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya:
Getaran liar. Asimetris. Tak dikenal.
Rei berhenti di depan pintu ke ruang kendali minor. Ia menempelkan telapak tangannya di panel logam, menunggu sistem membaca pola tubuhnya. Saat pintu meluncur terbuka, udara dingin menyambutnya—tidak dingin karena suhu, tapi karena sesuatu yang tak kasatmata: kekosongan, atau mungkin... perhatian.
Ia berjalan masuk. Panel kendali berkedip lemah, seolah-olah tak mampu memproses apa yang sedang terjadi. Layar utama menampilkan simbol—sebuah pola spiral yang berdenyut perlahan, dengan garis bercabang yang memutar ke dalam, lalu hilang dalam titik hitam di tengah.
Rei menyentuh panel. Tak ada respons.
Ia mengaktifkan Resonator manualnya. Menyentuh bagian atas kristal dan memusatkan getaran dari tubuhnya—menuliskan "apa ini?" dalam pola dasar.
Jawabannya tidak datang dalam bentuk kata. Tapi dalam tekanan.
Sesuatu di bawah Orbital... berdenyut.
Bab 1 – Getaran Pertama (Bagian 2):
Rei menatap layar itu cukup lama untuk menyadari bahwa pola spiralnya berubah—bukan acak, tapi berkembang. Seperti bahasa yang belum ia pelajari. Bukan gelombang suara biasa, juga bukan pola getaran yang dikenalnya selama pelatihan magitek.
Ia melangkah mundur, duduk di lantai logam yang dingin, dan meletakkan Resonator di depan dadanya. Kedua tangannya membentuk lingkaran di atas alat itu, lalu ia menarik napas dalam-dalam—bukan untuk berbicara, melainkan untuk mendengar.
Dan di dalam keheningan itulah, getaran itu datang lagi.
Satu... dua... diam.
Satu... dua... tiga... diam.
Satu. Panjang. Retak. Diam.
Pola-pola yang tak pernah dipelajarinya, namun terasa... akrab? Seperti napas seseorang yang tertahan. Rei merasakan sesuatu dalam dadanya ikut bergerak—bukan secara fisik, tapi emosional. Ia merasa... diawasi? Diperhatikan? Atau lebih tepatnya: dipanggil.
Tapi tidak ada suara. Tidak ada kata. Hanya tekanan. Desakan.
Ia berdiri. Tanpa sadar, kakinya membawanya ke lift menuju zona bawah, wilayah yang sudah lama dinonaktifkan karena ketidakstabilan energi magitek. Bahkan para pemelihara Orbital tidak mengizinkan siapa pun ke sana. Tapi malam ini—atau apa pun waktu itu disebut—Rei tidak bisa menahannya.
Saat pintu lift terbuka, aroma logam tua dan kabut pendingin menyambutnya. Dinding di sini lebih kasar, seperti belum sepenuhnya selesai dibangun. Lampu-lampu tidak berfungsi, tapi Resonator di tangannya mulai menyala samar, seperti merespons sesuatu di dalam ruang gelap itu.
Ia melangkah pelan, menyusuri lorong yang tidak terekam dalam peta Orbital resmi. Setiap langkahnya menggema—bukan secara suara, tapi secara resonansi. Lantai di bawahnya seperti menyimpan kenangan, memancarkan getaran yang tak bisa dijelaskan.
Dan kemudian, ia tiba di depan pintu logam besar yang tidak memiliki panel pembuka. Hanya ukiran samar yang membentuk lingkaran, lalu spiral ke arah dalam.
Simbol yang sama.
Rei mendekatkan tangan ke permukaannya, tidak tahu harus melakukan apa. Tapi saat kulitnya menyentuh logam itu, ia merasa sesuatu merespons.
Getaran langsung. Primal. Tua.
Dan tiba-tiba, getaran itu masuk ke dalam dirinya. Tubuhnya kaku. Matanya terbuka lebar. Pikiran Rei dipenuhi dengan gambar-gambar yang tidak ia pahami: semburan cahaya merah tua, bentuk tak terdefinisi, suara yang tidak bersuara—seperti nyanyian dari makhluk yang telah lama tertidur di dalam kehampaan.
Ketika ia melepaskan tangannya, ia jatuh tersungkur, napasnya memburu meski tidak ada suara yang keluar. Jantungnya berdetak cepat, dan untuk sesaat, ia pikir ia mendengar suara bisikan di dalam pikirannya sendiri.
Tapi itu tidak mungkin.
Ia berdiri perlahan. Pintu tetap tertutup. Tapi sesuatu telah terbuka—di dalam dirinya.
Ia kembali ke ruangannya di zona tengah, berjalan pelan seperti bangun dari mimpi panjang. Tubuhnya masih gemetar, tapi pikirannya mulai menyusun satu kesimpulan yang belum pernah terpikir sebelumnya:
Resonansi ini bukan buatan manusia. Bukan juga buatan Orbital.
Ia menyentuh Resonator yang kembali diam, lalu menatap langit-langit kamar yang dipenuhi bintang buatan.
Di luar sana, sunyi.
Di dalam dirinya, sesuatu telah mulai berbicara.
Bab 1: Getaran Pertama (Bagian 3)
Rei duduk bersila di lantai ruang pribadinya—ruang sederhana dengan dinding peredam total, satu meja kecil, dan terminal input cahaya. Ia mengaktifkan panel log memo pribadinya dengan gerakan tangan, dan sebuah bidang cahaya melengkung muncul di depannya, membentuk lingkaran tak bersuara yang perlahan-lahan berdenyut.
Resonator di sampingnya mulai merekam gelombang tubuhnya, mengubah emosi dan ingatan menjadi barisan resonansi kristal. Log itu bukan untuk didengar, melainkan untuk dirasakan oleh siapa pun yang suatu hari mungkin menemukannya.
Ia mulai "menulis":
> Log 0871-R: Anomali Terpadu.
Lokasi: Zona Bawah (tidak tercatat sistem).
Deskripsi: Getaran tak dikenal.
Pola spiral dengan resonansi tak seimbang.
Bukan produk magitek Orbital. Tidak dikenali oleh sistem.
Ada respons ketika disentuh. Bukan respons teknis—lebih dalam.
Reaksi fisik: kejang ringan, stimulasi visual aneh.
Reaksi emosional: perasaan dipanggil, ditekan, dan... diingat?
Rei berhenti sejenak. Kalimat terakhir itu muncul begitu saja. Ia bahkan tidak tahu maksudnya. Diingat oleh sesuatu? Apa bisa makhluk mengingat dirinya sebelum mereka bertemu?
Ia menggigit bibir. Tangan kirinya menyentuh bagian kanan dadanya, di mana Resonator internalnya tertanam sejak kecil. Getaran dari anomali itu masih terasa samar, seperti gema jauh dari kedalaman tubuhnya sendiri.
Ia menutup log dengan gelombang tangan. Panel cahaya redup dan lenyap. Di balik semua ketenangan itu, otaknya masih berdenyut dengan gambar spiral dan suara-suara yang tak sempat terdengar.
Dan di sisi lain stasiun—tanpa ia sadari—panel sistem pusat menyala sendiri. Dalam gelap, tampilan utama yang selama ini membisu mulai menampilkan pola yang sama: spiral yang tumbuh, memutar perlahan.
Sebuah pesan sistem muncul tanpa input:
> [Anomali Detected]
[Pattern Resonance Incompatible]
[Archival Memory Unlocked: Z—·]
Tiba-tiba pesan itu menghilang.
Kembali hening.
Akhir Bab 1 – Getaran Pertama