Langit malam menggantung kelam di atas hutan Kresna. Tidak ada bintang. Hanya suara lolongan serigala yang bersahutan dengan desau angin yang seperti berbisik—atau mungkin, memperingatkan.
Di tengah pekatnya kabut, satu cahaya menyala—sebuah layar. Dan di depannya, berdiri seorang pria muda dengan hoodie hitam bertuliskan "ICONPLAY" di punggungnya. Namanya Iconplay Jago.
Bukan pemburu. Bukan penyihir. Tapi gamer sejati.
Namun malam ini, ia bukan hanya gamer biasa. Ia adalah satu-satunya harapan untuk menghentikan kutukan vampir yang sudah menelan satu desa di kaki gunung.
Konon, para vampir di hutan Kresna bukan seperti vampir di dongeng. Mereka tidak takut salib, air suci, atau bawang putih. Tapi... ada satu hal yang bisa membuat mereka menghilang: Game seru yang bisa mengganggu konsentrasi pikiran gelap mereka.
Dan itu adalah keahlian Iconplay Jago.
Dengan laptop gaming yang telah di-modifikasi khusus, Iconplay memasuki "Mode Serbu"—perpaduan antara augmented reality dan sinyal sonic yang ditransmisikan melalui game. Ketika ia mulai memainkan game buatannya, layar bergetar, dan dari dalam semak-semak, suara mendesis terdengar.
Seekor vampir—tinggi, matanya merah menyala—muncul. Tapi alih-alih menyerang, makhluk itu mendadak berhenti. Matanya terpaku pada layar Iconplay.
"Kenapa... aku tidak bisa... berpikir?" gumam sang vampir dengan suara parau.
Iconplay tersenyum tipis. "Selamat datang di Level 1, bro. Siap kalah?"
Game dimulai. Dan hutan Kresna berubah menjadi arena pertempuran paling aneh yang pernah ada—di mana joystick dan strategi bisa mengalahkan makhluk abadi.
[Bab 2] - Rahasia Level Terkunci
Kabut mulai memudar perlahan. Vampir yang tadi mencoba menyerang kini tergeletak—tidak hancur, tapi seperti tertidur. Di layar laptop Iconplay, notifikasi muncul:
✅ Level 1 Cleared. 🔒 Level 2: Terkunci - Butuh Kode Darah.
Iconplay menyipitkan mata. "Kode darah?" gumamnya.
Ia menatap sekeliling. Hutan Kresna masih sunyi, tapi ia tahu itu bukan tanda aman. Justru sebaliknya. Sunyi itu sering datang sebelum sesuatu yang lebih buruk muncul.
Langkah kaki pelan-pelan terdengar dari arah barat. Suara ranting patah. Lalu... suara tawa lirih. Seperti tawa anak kecil, tapi terlalu dingin, terlalu kosong.
Iconplay berdiri, jemarinya masih menggenggam joystick. Layar menampilkan radar: tiga titik merah mendekat.
"Triple threat. Oke, kita naik level."
Sebelum sempat melakukan gerakan, dari balik pepohonan muncul seorang wanita muda. Wajahnya pucat, rambut panjang menjuntai, dan matanya... kosong, seperti tak memiliki jiwa.
Namun ada yang aneh.
Wanita itu tidak menyerang.
Dia mendekat perlahan, lalu berbicara:
"Kamu Iconplay, kan? Yang bisa membuat vampir tertidur lewat game... Mereka bilang kamu legenda. Tapi kamu belum tahu, kan? Bahwa game-mu... bisa membangkitkan sesuatu yang lebih tua dari vampir."
Iconplay menahan napas. Di belakang wanita itu, dua vampir lainnya muncul—lebih besar, lebih cepat, dan tidak seperti vampir sebelumnya. Ini bukan tentang melawan. Ini tentang bertahan hidup.
📵 Sinyal perangkatmu terganggu.
Layar laptop berkedip. Iconplay menggertakkan gigi.
"Kalau ini tantangannya," katanya pelan, "berarti... aku harus membuka Level Rahasia."
Dengan cepat, ia membuka panel khusus di sisi laptop. Sebuah kartu memori lama—bernama "Project REDMOON"—dimasukkan. Layar menyala dengan intensitas baru.
Game berubah. Hutan berubah.
Dan di udara, terdengar suara sistem:
🔓 "Level Rahasia Diaktifkan: Perang Pikiran Dimulai."